Sataun Acara Penyuluhan (ROM)

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Topik                           : Latihan ROM Pasif/Aktif

Pokok bahasan            : Pengertian, Tujuan, Prosedur kerja dari Rentang Gerak

Pengajar                      : Asep Hermawan

Sasaran                        : Pasien dan Keluarga

Waktu                         : 15 Menit

Ruangan                      : Zaitun II kamar 8B

Hari/Tanggal               : 9 Desember 2013

A.    Tujuan

 I.            Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan tindakan penyuluhan selama 15 menit diharapkan pasien dan keluarga mengerti tentang latihan rentang gerak

II.            Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit pasien dan keluarga mampu:

a. Menjelaskan kembali tentang pengertian tentang rentang gerak.

b.Menyebutkan kembali tujuan latihan rentang gerak.

c. Mampu menjelaskan prosedur kerja latihan rentang gerak.


III.            Pokok Materi

a.    Pengertian latihan rentang gerak

b.   Tujuan latihan rentang gerak

c.    Prosedur kerja latihan rentang gerak

IV.            Media Dan Sumber

a.       Media           : Lifleat

b.      Sumber         : Smelltzer, 2010. Keperawatan Medical Bedah, EGC. Jakarta


V.            Metode

Ceramah, tanya jawab

VI.            Kegiatan Belajar Mengajar

Kegiatan Pra Pembelajaran

1.   Mempersiapkan materi, media dan tempat

2.   Kontrak waktu

No

Waktu

Kegiatan penyuluhan

Kegiatan peserta

1

3
menit

Pembukaan
1.      Memberi salam
2.      Perkenalan
3.      Menjelaskan pokok bahasan
4.      Menjelaskan tujuan
5.      Apersepsi


1)             Menjawab salam
2)             Mendengarkan
3)             Memperhatikan
4)             Memperhatikan

2

 7
menit

Pelaksanaan
1.      Menjelaskan
tentang pengertian SNNT
2.      Menjelaskan
tentang tanda dan gejala SNNT
3.      Menjelaskan
tentang Penyebab SNNT
4.      Menjelaskan
tentang pencegahan SNNT
5.      Menjelaskan
Penatalaksanaan SNNT


1)         Memperhatikan
2)         Memperhatikan
3)         Bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diajukan
4)         Memperhatikan
5)         Bertanya dan
menjawab pertanyaan yang diajukan

3

3
menit

Evaluasi
1.      Jelaskan
Pengertian SNNT (Struma Nodusa Non Toksik)?
2.      Sebutkan Tanda
dan Gejala SNNT (Struma Nodusa Non Toksik)?
3.      Sebutkan
Penyebab SNNT 
(Struma
Nodusa Non Toksik)?
4.      Sebutkan
cara Pencegahan SNNT 
(Struma Nodusa Non Toksik)?
5.      Jelaskan
penatalaksanaan Penatalaksanaan SNNT 
(Struma Nodusa Non Toksik)?

1)            Menjawab
Pertanyaan

4

2
menit

Terminasi
1.      Mengucapkan
terimakasih atas peran serta peserta.
2.      Mengucapkan
salam penutup

1).
Mendengarkan
2).
Menjawab salam



No
Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
1
3 menit
Pembukaan
1.      Memberi salam
2.      Perkenalan
3.      Menjelaskan pokok bahasan
4.      Menjelaskan tujuan
5.      Apersepsi


1.      Menjawab salam
2.      Mendengarkan
3.      Memperhatikan
Memperhatikan
2
8 menit
Pelaksanaaan
1.      Menjelaskan pengertian latihan rentang gerak
2.      Menjelaskan Tujuan latihan rentang gerak
3.      Menjelaskan dan mendemonstrasikan prosedur kerja latihan rentang gerak





1.     Memperhatikan
2.     Memperhatikan
3.      Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
4.     Memperhatikan
Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
3
3 menit
Evaluasi
1.      Jelaskan pengertian Latihan Rentang Gerak
2.      Jelaskan Tujuan Rentang Gerak
3.      Jelaskan dan demonstrasikan contoh cara rentang gerak
      1. Menjawab Pertanyaan
4
1 menit
Terminasi
1.      Mengucapkan terimakasih atas peran serta peserta.
2.      Mengucapkan salam penutup
1.    Mendengarkan
2.      Menjawab salam


Lampiran Materi

1.      Pengertian

Rentang gerak adalah: Gerakan sendi melalui rentang penuh dalam semua bidang yang sesuai. Latihan rentang gerak pasif adalah dilakukan perawat. (Smelltzer, 2010;  393).

2.      Tujuan

Tujuan utama pasien dapat mencakup tidak adanya kontraktur dan deformitas, pemeliharaan kekakuan otot mobilitas sendi mobilitas mandiri dan meningkatkan toleransi aktivitas

3.      Prosedur Kerja


1.      Abduksi bahu. Gerakan lengan dari sisi tubuh ke arah kepala kemudian kembalikan lengan ke sisi tubuh atau posisi netral.


2.      Rotasi internal bahu. Dengan lengan pada ketinggian bahu, siku ditekuk pada sudut 90 derajat dan telapak tangan mengarah kaki, putar lengan atas hingga telapak dan lengan bawah menghadap ke arah belakang.


3.      Rotasi exsternal bahu. Dengan lengan setinggi bahu, siku ditekuk dengan 90 derajat dan telapak tangan mengarah kaki, putar lengan atas hingga telapak dan lengan atas mengarah ke depan.


4.      Fleksi bahu ke arah atas. Gerakan tangan ke arah atas dan bawah hingga lengan sejajar dengan kepala.


5.      Pronensi lengan bawah. Dengan siku tinggi pinggang dan ditekuk dengan sudut 90 derajat, balik lengan sehingga telapak tangan menghadap ke atas.


6.      Supinesia lengan bawah. Dengan siku setinggi pinggang dan lengan ditekuk pada sudut 90 derajat, putar lengan sehingga telapak tangan menghadap ke atas.


7.      Fleksi siku. Tekuk siku, arahkan lengan bawah dan tangan ke arah bahu. Kemudian kemabalikan lengan bawah dan tangan ke posisi netral.


8.      Ekstensi pergelangan tangan.


9.      Fleksi pergelangan tangan. Tekuk pergelangan tangan mengarah lengan bawah. Luruskan ke posisi netral.


10.  Deviasi ulnar. Gerakan tangan ke arah samping sehingga sisi lengan yang sejajar dengan letak jari kelingking gerakan ke arah lengan bawah.


11.  Deviasi radial. Gerakan tangan ke arah samping sehingga sisi lengan yang sejajar dengan letak jari kelingking gerakan ke arah lengan bawah.


12.  Oposisi ibu jari. Gerakan ibu jari ke luar dan memutar hingga menyentuh jari kelingking.


13.  Ekstensi jari-jari.


14.  Abduksi aduksi panggul. Gerakan tungkai ke arah luar dari tubuh sejauh mungkin. Kembalikan tungkai dari posisi abduksi ke posisi netral dan silangkan tungkai lain sejauh mungkin.


15.  Fleksi panggul dan fleksi lutut. Tekuk panggul dengan menggerakkan tungkai ke arah depan sejauh mungkin. Kembalikan tungkai dari posisi fleksi ke posisi netral.


16.  Rotasi internal eksternal panggul. Putar tungkai dalam gerakan ke dalam sehingga ibu jari kaki menunjukkan ke dalam. Putar tungkai dalam gerakan ke arah luar sehingga ibu jari kaki menunjuk ke luar.


17.  Untuk meregangkan otot hamstring, luruskan tungkai dan kemudian angkat tungkai.


18.  Hipertensi panggul. Baringkan pasien dalam posisi pronensi dan gerakkan tungkai ke arah belakang dari tubuh sejauh mungkin.


19.  Dorsofleksi kaki. Gerakan kaki ke atas dan bawah tungkai, kemudian gerakkan kaki ke bawah dan menjauh dari tungkai (Fleksi plantar).


20.  Intervensi dan inversi kaki. Gerakan kaki sehingga telapak kaki menghadap keluar (eversi). Kemudian gerakan kaki sehingga telapak kaki menghadap ke dalam (inversi).


21.  Fleksi ibu jari kaki. Tekuk ibu jari kaki ke arah bola kaki.


22.  Ekstensi ibu jari. Luruskan ibu jari kaki dan tarik ke arah tungkai sejauh mungkin.

 SAP
(SATUAN ACARA PENYULUHAN)


Masalah                       :Kurangnya pengetahuan klien tentang Penyakit SNNT (Struma Nodusa Non Toksik)
Pokok Bahasan           :  SNNT (Struma Nodusa Non Toksik)
Sub Pokok Bahasan    :  Pengetahuan Mengenai Penyakit SNNT
Sasaran                        :  Klien dan Keluarga
Waktu                         :  15 Menit
Pertemuan Ke             :  1 (pertama)
Tanggal                       :  09 Desember 2013
Tempat                        :  Ruangan Zaitun II, Rumah Sakit Al- Ihsan, Baleendah- Bandung

       I.            Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan sasaran mampu memahami tentang Penyakit SNNT

    II.            Tujuan Instruksional Khusus
 Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :
1.      Menjelaskan pengertian SNNT
2.      Menyebutkan Tanda dan Gejala SNNT
3.      Menyebutkan Penyebab SNNT
4.      Menyebukan Pencegahan SNNT
5.      Menjelaskan penatalaksanaan SNNT

 III.            Pokok Materi
1.      Pengertian SNNT
2.      Tanda dan Gejala SNNT
3.      Penyebab SNNT
4.      Pencegahan SNNT
5.      Penatalaksanaan SNNT

 IV.            Media Dan Sumber
·         Media     : Leaflet
·         Sumber   :
-                Morison. Moya J, 2004, Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
-                Wolf, Weiltzel, Fuerst, 1984, Dasar-Dasar Ilmu Keperawatan, Jilid II, Jakarta : Gunung Agung
    V.            Metode
Ceramah, tanya jawab

 VI.            Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan Pra Pembelajaran
1.      Mempersiapkan materi, media dan tempat
2.      Kontrak waktu

Lampiran Materi     

1.      Pengertian

Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hypertiroidisme (Hartini, 2004). Kelainan glandula tyroid dapat berupa gangguan fungsi seperti tiritosikosis atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya, seperti penyakit tyroid noduler. Berdasarkan patologinya, pembesaran tyroid umumnya disebut struma (De Jong & Syamsuhidayat, 2004).

Struma Diffusa toxica adalah salah satu jenis struma yang disebabkan oleh sekresi hormon-hormon thyroid yang terlalu banyak. Histologik keadaan ini adalah sebagai suatu hipertrofi dan hyperplasi dari parenkhym kelenjar. Struma endemik adalah pembesaran kelenjar tyroid yang disebabkan oleh asupan mineral yodium yang kurang dalam waktu yang lama.

2.      Tanda dan Gejala

1)      Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.

2)      Perasaan sesak di daerah tenggorokan.

3)      Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).

4)      Kesulitan menelan (karena kompresi dari esofagus).

5)      Suara serak.

6)      Distensi vena leher.

7)      Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala

8)      Kelainan fisik (asimetris leher)

Dapat juga terdapat gejala lain, diantaranya :

1. Tingkat peningkatan denyut nadi

2. Detak jantung cepat

3. Diare, mual, muntah

4. Berkeringat tanpa latihan

5. Goncangan

6. Agitasi

3.      Penyebab

Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tyroid merupakan faktor penyebab pembesaran kelenjar tyroid antara lain:

a)      Defisiensi iodium. Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.

b)      Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesa hormon tyroid.

c)      Penghambatan sintesa hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak, kacang kedelai).

d)     Penghambatan sintesa hormon oleh obat-obatan (misalnya: thiocarbamide, sulfonylurea dan litium).

4.      Pencegahan
Pencegahan primer adalah langkah yang harus dilakukan untuk menghindari diri dari berbagai faktor resiko. Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya struma adalah :

a)      Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam hal merubah pola perilaku makan dan memasyarakatkan pemakaian garam yodium.

b)      Mengkonsumsi makanan yang merupakan sumber yodium seperti ikan laut.

c)      Mengkonsumsi yodium dengan cara memberikan garam beryodium setelah dimasak, tidak dianjurkan memberikan garam sebelum memasak untuk menghindari hilangnya yodium dari makanan.

d)     Iodisai air minum untuk wilayah tertentu dengan resiko tinggi. Cara ini memberikan keuntungan yang lebih dibandingkan dengan garam karena dapat terjangkau daerah luas dan terpencil. Iodisasi dilakukan dengan yodida diberikan dalam saluran air dalam pipa, yodida yang diberikan dalam air yang mengalir, dan penambahan yodida dalam sediaan air minum.

e)      Memberikan kapsul minyak beryodium (lipiodol) pada penduduk di daerah endemik berat dan endemik sedang. Sasaran pemberiannya adalah semua pria berusia 0-20 tahun dan wanita 0-35 tahun, termasuk wanita hamil dan menyusui yang tinggal di daerah endemis berat dan endemis sedang. Dosis pemberiannya bervariasi sesuai umur dan kelamin.

f)       Memberikan suntikan yodium dalam minyak (lipiodol 40%) diberikan 3 tahun sekali dengan dosis untuk dewasa dan anak-anak di atas 6 tahun 1 cc dan untuk anak kurang dari 6 tahun 0,2-0,8 cc.

5.  Penatalaksanaan

1. Obat antitiroid:

a.       Inon tiosianat mengurangi penjeratan iodide

b.      Propiltiourasil (PTU) menurunkan pembentukan hormon tiroid

c.       Iodida pada konsentrasi tinggi menurunkan aktivitas tiroid dan ukuran kelenjar tiroid.

2. Tindakan Bedah:

a)      Tiroidektomi subtotal yaitu mengangkat sebgaian kelenjar tiroid. Lobus kiri atau kanan yang mengalami perbesaran diangkat dan diharapkan kelenjar yang masihtersisa masih dapat memenuhi kebutuhan tubuh akan hormon-hormon tiroid sehingga tidak diperlukan terapi penggantian hormon.

b)      Tiroidektomi total yaitu mengangkat seluruh kelenjar tiroid. Klien yang menjalani tindakan ini harus mendapat terapi hormon pengganti yang besar dosisnya beragam pada setiap individu dan dapat dipengaruhi oleh usia, pekerjaan dan aktivitas

Belum ada Komentar untuk "Sataun Acara Penyuluhan (ROM)"

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik, Salam Perawat Indonesia

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel